Senin, 16 November 2015

Paris? What about Palestine?

Jadi gerah nonton berita di semua media dengan hashtag PrayForParis.
Kenapa kalo barat yang dibom seisi dunia heboh? Palestina nangis sepanjang waktu, mereka nggak liat pake mata?!

Sabtu, 07 November 2015

Me, Maesan and Memories - Pak Angga

Atasan. Pimpinan. Teman. Kakak.

Kalo aku jadi pimpinan suatu hari nanti, aku mau jadi yang seperti Pak Angga.
Berharap semua pimpinan bisa seperti Pak Angga.

Selasa, 03 November 2015

Untitled

Banyak orang berpikir, yang baru, dekat dan lebih baik selalu lebih menyenangkan.

Tapi aku enggak.

Nggak terhitung berapa kali aku nangis karena ngarep ini cuman mimpi. Berharap bisa kembali ke tempat dan orang-orang lama yang jauh dengan kondisi standar tapi menyenangkan.

Aku mau pulang. Ke tempatku semula.

Senin, 02 November 2015

Family by heart

Karena ditangisi saat pergi membuatku merasa berarti.

Terima kasih, temans..
Terima kasih, saudara..

Minggu, 25 Oktober 2015

The you that I remember..

Happy born day, baby bro..

I wish you all the best things.
I wish you will still be my baby bro.

Always will.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Panda.. panda..

Mbeliin tablet baru buat mama, dapet ginian, ada pandanyahhhh..
Alhamdulillah, rizki anak sholeh, fufufu..
😁😁😁

Kamis, 22 Oktober 2015

Saat target menumpuk di depan mata..

Ini sistem malah men-jasik-kan diri..
😭😭😭😭😭😭😭😭

Apa ya?

I miss the time when a tv show win my heart over sleeping.. 

Now sleeping always wins over everything. T_________T

Sabtu, 17 Oktober 2015

Sometimes we have to settle with what we have, and deal with it

Ini sharing Pak Angga di grup WA kemaren, baru sempet baca hari ini, dan terpaksa mewek setelahnya. Aku salin disini biar nggak lupa.

" Btw ini ada tulisan bagus buat kita yang nanti akan mendidik generasi penerus bangsa :')

Sharing dr blog Aditya Mulya 😊😉

Syarat Hidup

October 12th, 2015

Generasi Sebelumnya

Ada seorang operations manager dari sebuah client kantor gue – yang cool banget. Kita undang dia makan siang dan nasinya keras. Kita sebagai vendor yang baik, meminta maaf. Dia bilang,

“Gak papa. Justru saya suka nasi keras. Gak suka tuh saya, beras sushi.”

“Kok sukanya nasi yang keras Pak?” I cannot help but to ask.

“Iya, orang tua saya ngajarin jangan pernah buang makanan. Nasi kemarin juga kita makan.”

This may be simple. But this, blew my mind.

Dan setelah gue menjadi orang tua, di sini lah gue lihat banyak orang tua mulai mengambil langka yang tidak disadari, berdampak.

“Saya waktu kecil, miskin. Saya pastikan anak-anak saya mendapatkan yang terbaik, termahal.”

“Waktu kecil, saya makan aja susah. Saya pastikan mereka itu sekarang makan enak.”

“Waktu kecil, saya belajar ditemani lilin dan 2 buku. Sekarang anak saya, saya sekolahkan ke Inggris.”

We experienced the worst and therefore we tend to give the best.

The question is, is the best…is what our children need? Really?

Orang sukses itu menjadi sukss karena (1) dididik dengan benar, terlepas dari dari apakah dia kaya atau miskin (2) dididik oleh kesulitan yang dia hadapi.

Kita akui ada anak orang kaya yang tetap jempolan attitudenya dan perjuangannya. Tapi kita lihat kebanyakan orang sukses juga dulunya sulit. Kesulitan (dalam beberapa kasus, kemiskinan) itu yang menjadi drive orang-orang untuk menjadi sukses. Ini adalah resep yang nyata. Kesulitan yang orang-orang sukses ini hadapi adalah ladang ujian di mana mereka menempa diri mereka menjadi orang sukses.

Pertanyaannya, jika kita ingin mencetak anak-anak yang bermental baja, kenapa kita justru memberikan semua kemudahan? Kenapa justru kita hilangkan semua kesulitan itu?

Karena dengan menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, justru kita menciptakan generasi yang syarat hidupnya banyak.

Generasi Berikutnya

Apa yang terjadi dengan dari hasil thinking frame ‘dulu saya susah, saya tidak ingin anak saya susah’? Ini yang terjadi:

Anak dari teman ibu gue terbiasa makan beras impor thailand. Di 98, kita terkena krisis dan orang tuanya tdiak lagi mampu beli beras impor. Yang terjadi adalah, anaknya gak bisa makan.

Ada anak dari teman yang terbiasa makan es krim haagen dasz, ketika pertama kali makan es krim lokal, dia muntah.

Ada cucu yang ngamuk di rumah neneknya karena di rumah nenek, gak ada air panas.

Gue tidak mencibir mereka. Apa adanya seorang manusia itu terjadi dari nature dan nurture. Semua ini, adalah nurture.

Bahkan di kantor pun sama. Di kantor kebetulan gue jadi mentor seseorang (saat ini). Dalam sebuah kesempatan, dia pernah berkata “Duh, gak nyaman di posisi ini.”

Di lain kesempatan, “Sayang ya, si X resign, padahal dia membuat saya nyaman di kantor sini.”

Pada kali kedua gue mendengar mentee gue ngomong ini, gue mulai masuk “Kamu sadar gak, kamu udah 2 kali menggarisbawahi bahwa kenyamanan dalam kerja itu, penting bagi kamu.”

“…”

“Emang sih idealnya nyaman. Tapi sayangnya, this is life. We don’t get to pick ideal situations. Sometimes we need to settle with what we have and deal with it.

Tentang kenyamanan, coba jadikan itu sebagai sesuatu yang ‘nice to have’ dan bukan ‘must have’.”
 
What to Do?

Gue menyukai cara Sultan Jogja mendidik anak-anaknya. Gue pernah dengar bahwa di saat batita, anak sultan dikirim untuk hiidup di desa. Makan susah, main tanah, mandi di sumur. Intinya, meski dia anak sultan, dia tidak tahu bahwa dia anak sultan dan dia merasakan standar hidup yang rendah – dan merasa cukup dengan itu. Setelah agak besar, dia kembali ke istana. Dampaknya, semua Sultan, bersikap merakyat. Dia makan steak, tapi dia tahu bahwa steak yang dia makan adalah sebuah kemewahan. Bukan sebuah syarat hidup niminum.

Gue pun memiliki syarat-syarat hidup. Semenjak menjadi seorang bapak, gue berubah total dan gue kikis hilang itu semua. Karena gue tidak ingin anak-anak gue memiliki syarat hidup yang banyak. Dan satu-satunya cara memastikan itu terjadi adalah bahwa gue pun tidak boleh memiliki syarat hidup banyak.

Gue mengajak mereka naik kopaja atau transjakarta setiap hari ke sekolah, sebelum mereka merasakan bahwa naik angkutan umum itu, rendah.

Gue membiarkan mereka tidur di lantai. Siapa tahu suatu saat nanti mereka harus terus-terusan.

Gue mematikan AC saat mereka tidur – siapa tahu mereka suatu saat cannot afford air conditioning.

Gue tidak menginstall air panas karena gue ingin anak-anak gue baik-baik saja jika suatu saat nanti mereka tiap hari harus mandi air dingin.

Gue melarang mereka main tablet karena gue ingin mereka tidak tergantung dengan kemewahan itu.

Gue melarang mereka menilai teman dari merk mobil mereka karena merk mobil itu gak pernah penting, dan gak akan penting.

Kita pergi ke mall memakai kopaja. And we have fun ketawa-ketawa, seperti jutaan orang lain.

Gue tidak membuang nasi kemarin yang memang masih bagus. Instead gue makan sama anak-anak gue. Siapa tahu suatu saat, that is all they can afford. Agak keras. And we like it.

We teach them to pursue happiness so that they learn the value and purposes of things. Not the price of things.

Nasi kemarin yang masih perfectly safe to eat, masih punya value. Kopaja dan mercy memiliki purpose yang sama, yaitu mengantar kita ke sebuah tempat.

AC atau gak AC memberikan value yang sama. A good night sleep.

Kenapa semua ini penting? Kita harus ingat bahwa generasi bapak kita adalah generasi yang bersaing dengan 3 milyar orang. Mereka bisa mengumpulkan kekayaan dan membeli kemudahan untuk generasi kita. Kita harus bersaing dengan 7 milyar orang. Anak kita nanti mungkin harus bersaing dengan 12 milyar orang di generasi mereka.

One needs to be a tough person to be able to compete with 12 billion people. Dan percaya lah, memiliki syarat hidup yang banyak, tidak akan membantu anak-anak kita bersaing dengan 12 milyar orang itu."

Sometimes we have to settle with what we have, and deal with it.

Kalimat itu rasanya ngena sekali. Aku mencoba buat menasehati diriku sendiri berulang-ulang dengan kalimat itu. Karena aku udah cape, menghibur diri sendiri sebab semua hal belakangan yang rasanya pengen menyeretku dalam kesedihan panjang yang sebenernya aku nggak mau.

Kenapa aku bisa sekeras kepala ini sama logisku sendiri?

Idealnya,

Kalo aku nggak pengen mutasi, aku bisa tetep di sini.
Kalo aku mementingkan orang, aku juga dipentingkan.
Kalo aku menceritakan dan nganggep seseorang sebagai adikku, aku juga disebut kakaknya.

Tapi faktanya, inilah situasi yang aku hadapi, yang aku punya. Berkebalikan dengan semua ideal dalam pikiranku.

And I guess, I have no other choice but settle with it, and deal with it.
Even if I have to push myself so hard.

I wish I had no emotion

No sadness

No anger

No worry

No joy.

Rabu, 14 Oktober 2015

Inside Out

I guess Sadness is the team leader of my emotion headquarter.

T________________T

Selasa, 06 Oktober 2015

Rabu, 30 September 2015

Begini rasanya menua

Nyesek sedikit saja bikin pusing di kepala

Aku ingin menangis agar merasa lega

Tapi 'sudah kering air mata' ternyata bukan sekedar ungkapan saja.

Hingga Ujung Waktu

Entah ada apa dengan lagu ini.
Bukan lagu baru, bukan lagu lama.
Sudah lama ngendon di pc.
Tadi malem tiba2 bongkar muatan, membunuh sepi.

Mungkin karena liriknya yang puitis.
Atau musiknya yang indah.
Aku nangis dengan kejernya.
Dan bangun dengan mata bengkak parah.

Ini lagu cinta.
Tanpa kata cinta.

Bersyukur aku menemukanmu,
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu

Really. Seriously.

Minggu, 27 September 2015

Membunuh Sepi dan Sedih

Apa dahhhhhh.. :D

Andai aku nggak sayang2 banget sama kacamata, mungkin aku bisa nekat gini saban hari, kayak banci mau mangkallllll.. >_<

It's been a while..

Pengen nangis duluan bacanya.

Untuk semua kekaguman, kesukaan, dan keharuan yang dulu pernah terpelihara,
Ini aku kembali.

Ini Juga Kalori

Kita break up dulu for a while ya, nasi.
Sampe pencernaanku merasa mencintaimu lagi.

Sabtu, 26 September 2015

Me and Ring O in SatNite

Saat perutmu keroncongan
Tapi nasi tak lagi menyenangkan.

Mimpi yang Menyakiti

Aku benci mimpi.
Mimpi selalu seakan membawa pertanda.
Mimpi selalu memberiku rasa saat terjaga.
Kadang sakit kadang bahagia.
Tapi tak nyata.

Tempo hari itu aku mimpi b.a.b, hahaha..
Sebagai orang dengan kelainan pencernaan, rasanya legaaaa buanget bisa b.a.b dalem mimpi. Mana b.a.b.nya banyak pula.
Besoknya pas cerita sama mama, mama dengan yakin bilang aku bakal kehilangan. Glek! Ternyata arti pertandanya nggak semelegakan cerita dalem mimpinya.

Aku nggak mau tersugesti mimpi, sebenernya. Dan syukurnya aku akhirnya lupa karena nggak merasa kehilangan apapun. Tapi setelah ini dan itu terjadi, ak.. ternyata pertanda dalem mimpi terjadi juga. Bukan apa yang hilang, tapi siapa.

Kata orang, mimpi adalah refleksi dari hal-hal yang terus membayangi kita dalam pikiran. Jadi pagi ini aku mimpi lagi. Anehnya, meskipun aku bolak balik terbangun, setiap terlelap lagi, cerita dalem mimpinya terus berlanjut. Dan rasanya aku nggak bisa bener-bener bangun sebelum ceritanya selesai. Seperti sengaja biar aku sedih pas bangun.

See, bahkan mimpi pun bisa menyakiti..

Jumat, 25 September 2015

Cenayang?

Aku mulai takut pada 'kemampuan'ku dalam berpikir dan menarik kesimpulan.
Semua hal yang aku takutkan, satu persatu mulai terjadi. Tepatnya, ternyata selama ini telah terjadi tanpa aku tahu dan sadari.
Hal-hal yang aku pikirkan demi menghibur diri, ternyata tidak bisa mensugesti.

Mungkin itu artinya tak enak hati selama ini.

Kamis, 24 September 2015

Tragedi Mekkah

Aku mulai bertanya2 kenapa tahun ini banyak musibah di tanah suci.
Crane jatuh, trus tragedi Mina hari ini.
Dan berita ini?? No way..

Laksmi, Yovie dan Kacamata

Ini Laksmi, anaknya sepupu. Bocah ini diajarin manggil aku Bude, hahaa..
Semoga budemu ini bisa cepet punya mas dan mbak kecil ya, Nak..
Kemaren nyariin baju buat Laksmi di Mamamia baby and kid shop. Ditemenin Rina. Terus ada lagu ini. Tau sih, ini lagunya Yovie Nuno, tapi kemaren-kemaren nggak se-perhatian kemaren sore. Terus dengernya jadi bikin sesak di dada. Ya ampun, puasa bikin aku sesak dada.
Pas balik lagi ke kantor, udah niat mau donlot ternyata Linda punya di hapenya, ya udah blutut aja..

Tadi nganter bajunya Laksmi, tapi dia lagi cari yayasan buat bagiin masakan kambing aqiqahnya. Ak, yang nyari yayasan bapak sama emaknya, dia diajak. Ternyata, bapaknya si Laksmi itu kakak kelas pas SMA, dan anaknya dosen jurusan sebelah pas kuliah.
Dunia makin menyempit.

Kacamataku patah, hahaa.. terpaksanya pake kacamata lama yg framenya kecil itu. Rasanya anehhh.. Mau beli lagi, insyaAllah kalo duit ada budget. Pengen bisa pake jilbab lilit, tapi tiap pake selalu ngerasa muka membulat. Pengen jadi cantik eh..

Lagu ini jadi sering diputer berulang. Dan liriknya ternyata ngenes banget. Berasa pengen goblok-goblokin si aku ini.

Haruskah kubersabar tanpa batas
Aku masih ingat semua janjimu
Namun setelah kau mengenal dia
Kau berubah, kau tak sama

Aku ingin kau menerima seluruh hatiku
Aku ingin kau mengerti di jiwaku hanya kamu
Namun bila kau tak bisa menerima aku
Lebih baik ku hidup tanpa cinta

Berapa banyak orang yang harus belajar bahwa menyayangi seseorang berresiko dibohongi dan dicurangi?
:)

Rabu, 23 September 2015

Senin, 14 September 2015

Sabtu, 12 September 2015

Saat Saya Belagak Sok Kaya -______-

Ini pelampiasan gegara sering melek malem belajar buat assesment, jadi asik gesak gesek ajaaaaa..

Huu, itu mandiri fiesta poin nggak bisa motong harga banyakan dikit apa?! >____<

Senin, 07 September 2015

Kamis, 03 September 2015

1.24. 03.09.2015.

Aku ingin bahagia.
Bukan berarti tak pernah mensyukuri apapun yang telah diberi-Nya.
Tapi ingin merelakan dan melepaskan semua hal yang sebenarnya selalu menyakitkan.
Ingin lega dan tak ada beban yang menggantung di pikiran.
Ingin ringan dan merasa bahwa hal-hal terbaik pasti datang.
Ingin menjalani hidup tanpa ada kesedihan dan ketakutan.
Ingin mendapat perhatian dari orang lain sebanyak yang aku juga bisa berikan.
Aku ingin bahagia.

Minggu, 30 Agustus 2015

Sabtu, 22 Agustus 2015

Cukup?

Mungkin karena sifat dasar manusia memang tak pernah merasa cukup.

Itu sebabnya kita selalu mencari hal baru yang lebih baik, lebih baik, lebih baik, menurut kita. Dan pastinya lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak. Padahal mungkin sebanyak apapun, tetap saja pada akhirnya kita merasa kurang.

Terus menerus memegang sesuatu yang sebenarnya sudah habis, juga termasuk sifat tak pernah merasa cukup.

Karena segala sesuatu dalam hidup kita pasti berbatas, bertenggat, berakhir. Sesuatu yang sudah waktunya berakhir dan habis, artinya sudah cukup keberadaannya selama ini.

Untunglah musim bersiklus. Karena kemarau ini seharusnya sudah habis. Dan hujan seharusnya ada lagi.
Aku ingin memegang hujan.

Rabu, 05 Agustus 2015

Home sweet home, alhamdulillah..

Introducing the new comers of pandaland, Joe and Jae.. hahahaaaa..

Happy 5th on 8th by the way, m..
Today is going to be over.

Minggu, 02 Agustus 2015

Ngayogyakarto dinten meniko..

Es Dawet Ngudi Roso

Malioboro

Mirota Batik yang penuh mistis a la Raminten

Jejamuran yg enyakkk

Prambanan saat petang, ketemu Rama Shinta sama Hanomah. Greatttttt..